Category  |  Santapan Rohani

Kegelisahan Jiwa dan Doa yang Jujur

Tiga hari sebelum ledakan bom mengguncang rumahnya pada bulan Januari 1957, Dr. Martin Luther King Jr. mengalami peristiwa yang terus membekas selama sisa hidupnya. Setelah menerima ancaman melalui telepon, King sempat memikirkan strategi untuk keluar dari perjuangan kesetaraan hak-hak sipil yang selama ini dipimpinnya. Namun, jiwanya mulai tergerak untuk berdoa. “Aku sedang memperjuangkan sesuatu yang kuyakini benar. Namun, sekarang aku takut. Aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Di titik ini aku tidak mampu lagi menghadapinya seorang diri.” Setelah berdoa demikian, King merasakan kepastian yang menenangkan. Ia berkata, “Nyaris saat itu juga ketakutan saya mulai mereda. Keraguan saya sirna. Saya merasa siap menghadapi apa pun.”

Mahkota Kehidupan

LeeAdianez Rodriguez-Espada yang berusia dua belas tahun khawatir ia akan terlambat untuk lomba lari 5K yang diikutinya. Saking cemasnya, ia malah ikut berlomba bersama rombongan pelari setengah maraton (yang berjarak tempuh lebih dari 21 km!) yang berangkat lima belas menit lebih awal daripada jadwal lomba yang seharusnya ia ikuti. LeeAdianez mengikuti laju para pelari lain dan mengayunkan langkahnya, satu demi satu. Setelah menempuh 6,5 km dan tidak kunjung melihat garis finis, LeeAdianez pun tersadar bahwa ia berada dalam lomba lari yang lebih panjang dan sulit. Namun, alih-alih berhenti, ia terus berlari. Pelari setengah maraton yang tidak disengaja ini berhasil menempuh jarak 21 km dengan menempati posisi 1.885 dari 2.111 orang yang mencapai garis finis. Itu baru namanya ketahanan!

Memenuhi Kebutuhan Orang Lain

Ayah Phillip menderita gangguan mental yang berat. Ia sempat meninggalkan rumah dan hidup di jalanan. Phillip yang masih muda dan ibunya, Cyndi, benar-benar mengkhawatirkan sang ayah dan menghabiskan waktu seharian mencari beliau. Ia bertanya kepada sang ibu bagaimana ayahnya dan orang lain yang tidak mempunyai rumah dapat bertahan melawan cuaca dingin. Pertanyaan tersebut mendorong mereka mengerahkan upaya untuk mengumpulkan dan membagi-bagikan selimut serta pakaian tahan dingin kepada para tunawisma di daerah mereka. Selama lebih dari satu dekade, Cyndi memandang kegiatan itu sebagai pekerjaan terpenting dalam hidupnya. Berkat sang putra dan imannya sendiri yang mendalam kepada Allah, Cyndi menyadari sulitnya hidup tanpa memiliki tempat yang hangat untuk tidur.

Hikmat Allah Menyelamatkan Jiwa

Saat melihat surat-surat seorang pelanggan semakin menumpuk, seorang tukang pos merasa prihatin. Ia tahu wanita lanjut usia itu tinggal seorang diri dan biasa mengambil suratnya setiap hari. Tukang pos itu pun membuat keputusan yang bijaksana dengan menceritakan keprihatinannya kepada salah seorang tetangga wanita itu. Tetangga itu kemudian memberi tahu tetangga lain yang mempunyai kunci cadangan rumah wanita itu. Keduanya memasuki rumah teman mereka dan menemukan wanita tua itu sedang tergeletak tak berdaya di lantai. Ia jatuh empat hari sebelumnya dan tidak dapat bangkit atau meminta pertolongan siapa-siapa. Hikmat, perhatian, dan keputusan si tukang pos untuk bertindak telah menyelamatkan jiwanya.

Satu Hari setelah Natal

Setelah pada hari Natal kita mengalami begitu banyak sukacita, mungkin ada sedikit kekecewaan yang kita rasakan keesokan harinya—seperti yang pernah saya dan istri rasakan. Kami menginap satu malam bersama teman-teman tetapi kurang tidur. Lalu mobil kami mogok dalam perjalanan pulang. Kemudian salju turun. Kami pun harus meninggalkan mobil dan naik taksi pulang di tengah hujan salju dengan perasaan tidak nyaman.

Janji Kelahiran Kristus

Pada November 1962, John W. Mauchly, seorang ahli fisika, berkata, “Tak ada alasan bagi anak laki-laki dan perempuan pada umumnya untuk tidak menguasai cara menggunakan komputer.” Pada masa itu, prediksi Mauchly terdengar mencengangkan, tetapi apa yang diucapkannya itu akhirnya terbukti akurat. Pada masa sekarang, menggunakan komputer atau ponsel menjadi salah satu keterampilan yang dapat dipelajari seorang anak sejak dini.

Bintang Natal

“Kalau kamu menemukan bintang itu, kamu akan selalu dapat menemukan jalan pulang.” Begitulah dahulu ayah saya mengajarkan cara menemukan Bintang Utara kepada saya yang masih kanak-kanak. Ayah saya pernah berdinas dalam ketentaraan pada masa perang, dan ada saat-saat ketika hidupnya tergantung pada kemampuan untuk bernavigasi dengan berpedoman pada langit malam. Jadi beliau memastikan saya mengetahui nama dan letak beberapa rasi bintang, tetapi yang terpenting bagaimana saya dapat menemukan Polaris alias Bintang Utara. Dengan mengetahui letak bintang tersebut, saya bisa tahu ke arah mana saya perlu melangkah di mana pun saya berada.

Persekutuan dalam Yesus

Saya tidak yakin siapa yang bertanggung jawab untuk mematikan lampu dan mengunci gerbang gereja setelah kebaktian Minggu, tetapi saya yakin orang tersebut akan terlambat menikmati makan malamnya. Itu karena masih ada begitu banyak orang yang senang berkumpul sesudah ibadah untuk berbincang-bincang tentang berbagai keputusan dan pergumulan dalam hidup mereka. Sungguh senang melihat ke seluruh ruangan dan menemukan banyak orang yang tetap menikmati kebersamaan bahkan dua puluh menit setelah kebaktian usai.

Runtuh Tembok, Timbul Kesatuan

Sejak dibangun pada tahun 1961, Tembok Berlin telah memisahkan banyak keluarga dan sahabat. Tembok yang didirikan pemerintah Jerman Timur tersebut bertujuan untuk mencegah warganya melarikan diri ke Jerman Barat. Dari tahun 1949 hingga saat tembok itu dibangun, diperkirakan lebih dari 2,5 juta warga Jerman Timur telah melarikan diri ke Barat. Pada tahun 1987, Presiden AS Ronald Reagan berdiri di depan tembok itu dan mengatakan ucapannya yang terkenal, “Runtuhkan tembok ini.” Perkataannya mencerminkan gelombang besar perubahan yang akhirnya berpuncak dengan diruntuhkannya tembok tersebut pada tahun 1989—dan membawa kepada penyatuan kembali negara Jerman yang membawa kebahagiaan bagi seluruh warga.