Cahaya Pengharapan
Salib merah berkilau milik ibu saya seharusnya tergantung di sebelah tempat tidur beliau di pusat perawatan kanker. Selain itu, seharusnya saya menyiapkan diri untuk mengunjunginya pada masa liburan di sela-sela jadwal perawatannya. Menikmati satu hari lagi bersama ibu saya adalah hadiah Natal yang saya dambakan. Namun, saya malah berada di rumah . . . menggantungkan salib milik beliau pada sebatang pohon Natal imitasi.
Mengampuni dan Melupakan
Jill Price dilahirkan dengan kondisi yang disebut hipertimesia: kemampuan untuk mengingat secara mendetail dan tepat semua yang pernah terjadi kepadanya. Ia dapat memutar ulang dalam pikirannya semua peristiwa yang pernah dialaminya selama hidupnya.
Belajar dari Parut Luka
Faye menyentuh parut luka pada perutnya. Ia baru saja dioperasi lagi untuk mengangkat kanker esofagus dan lambung. Kali ini, tim dokter mengangkat sebagian lambungnya dan meninggalkan sebaris parut kasar yang menunjukkan seberapa besar pembedahan yang telah dilakukan. Ia berkata kepada suaminya, “Parut bisa melambangkan rasa sakit dari kanker, atau sebaliknya awal dari kesembuhan. Aku memilih parutku menjadi simbol kesembuhan.”
Allah itu Dekat
Lourdes, seorang guru vokal di Manila, telah mengajar secara tatap muka selama lebih dari tiga puluh tahun. Ketika diminta untuk mengajar secara daring, ia pun khawatir. “Aku tidak mahir mengoperasikan komputer,” ia bercerita. “Laptopku sudah usang, dan aku tidak terlalu mengerti cara menggunakan video untuk komunikasi.”
Dilema Natal
David dan Angie merasakan panggilan Tuhan untuk pindah ke luar negeri, dan dampak pelayanan mereka yang baik di sana tampaknya mengonfirmasi hal itu. Namun, ada sisi negatif dari kepindahan mereka—sekarang orangtua David yang sudah lansia harus merayakan Natal berdua saja.
Komunitas di dalam Kristus
Di wilayah selatan Kepulauan Bahama terdapat sebidang kecil tanah yang disebut Ragged Island. Tadinya pada abad ke-19, tempat itu merupakan penghasil garam yang aktif, tetapi setelah industri tersebut merosot, banyak orang pindah ke pulau-pulau terdekat. Pada tahun 2016, jumlah penduduk pulau itu kurang dari delapan puluh orang, tetapi terdapat tiga denominasi Kristen di sana. Meski demikian, jemaat dari ketiga denominasi itu berkumpul bersama di satu tempat untuk beribadah dan bersekutu setiap minggunya. Dengan jumlah penduduk yang sangat sedikit, ada kepentingan untuk terus menjaga rasa kebersamaan di antara mereka.
Sama di Hadapan Allah
Suatu hari dalam liburan, saya dan istri mengayuh sepeda bersama di pagi hari. Dalam salah satu rute yang kami tempuh, kami melintasi sebuah kompleks rumah mewah bernilai jutaan dolar. Kami melihat berbagai jenis orang—para penghuni yang mengajak jalan anjing mereka, sesama pesepeda, dan sejumlah pekerja yang sedang membangun rumah-rumah baru atau merawat taman. Segala macam orang dari berbagai lapisan masyarakat ada di sana, dan itu mengingatkan saya pada kenyataan yang luar biasa: Sesungguhnya tidak ada perbedaan yang signifikan di antara kita. Kaya atau miskin, kaum berada maupun pekerja, terkenal atau tidak. Kami semua yang berada di jalanan pagi itu sebenarnya sama. “Orang kaya dan orang miskin mempunyai satu hal yang sama: Tuhanlah yang menciptakan mereka semua” (Ams. 22:2 bis). Terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada, kita semua diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:27)
Perhatian yang Mudah Teralihkan
Saya meletakkan ponsel, merasa lelah melihat berbagai gambar, tulisan, dan notifikasi yang muncul bertubi-tubi pada layar berukuran kecil itu. Namun, tidak lama kemudian, saya mengambil dan menyalakannya lagi. Mengapa?
Mengatasi Masa-Masa Sulit
Anne hidup dalam kemiskinan dan penderitaan. Dua saudara kandungnya meninggal saat masih bayi. Pada usia lima tahun, Anne terserang penyakit mata yang membuatnya mengalami kebutaan parsial dan tidak dapat membaca serta menulis. Saat ia berumur delapan tahun, ibunya meninggal dunia karena tuberkulosis. Tidak lama kemudian, ayahnya yang kejam meninggalkan ketiga anaknya. Si bungsu dikirim untuk tinggal bersama kerabat, sementara Anne dan saudaranya, Jimmie, tinggal di sebuah rumah penampungan yang bobrok dan penuh sesak. Beberapa bulan kemudian, Jimmie meninggal.