Pengingat yang Berguna dari Roh
Suatu kali, saya diundang untuk bernyanyi sebelum dimulainya pertandingan olahraga yang diikuti oleh salah seorang putra saya. Meski sudah menghafal lirik lagu yang akan dinyanyikan, saya tetap berlatih menyanyikannya selama beberapa minggu. Hari itu, ketika saya berjalan menuju lapangan dengan kedua tim yang bertanding berbaris di kiri-kanan saya, saya menutup mata dan berdoa. Saya mulai dengan menyanyikan beberapa baris, tetapi kemudian saya terdiam dan mematung. Saya tidak bisa mengingat lirik lagu berikutnya. Lalu, seorang pria di belakang saya membisikkan kata-kata yang saya lupakan itu. Begitu mendengar pengingat yang berguna itu, saya langsung menyanyikan seluruh lagu itu dengan penuh percaya diri.
Kesedihan yang Baik
Seorang pria bernama HidesaburÅ Ueno mengajar di Universitas Imperial di Tokyo pada tahun 1920an. Setiap sore, ia pulang dengan kereta jam 3 sore dan melihat anjingnya, Hachiko, sedang menunggunya. Suatu hari, Profesor Ueno terkena serangan stroke saat mengajar dan akhirnya meninggal dunia. Ketika kereta sore itu tiba tanpa beliau, Hachiko sempat bertahan menunggu sebelum akhirnya kembali ke rumah. Namun, keesokan harinya anjing itu kembali pada jam 3 sore, lalu kembali esok harinya, dan juga hari berikutnya, demikian terus sampai 10 tahun. Kesetiaan Hachiko menyentuh hati banyak orang, hingga mereka memutuskan untuk datang dan duduk bersamanya.
Saudara Perempuan Wright
Kebanyakan orang tahu tentang Wright bersaudara—Orville dan Wilbur—yang merancang, membangun, dan sukses menerbangkan pesawat udara untuk pertama kalinya di awal tahun 1900. Akan tetapi, mungkin tidak banyak orang yang mengenal Katherine Wright. Namun, sosok Katherine memberi kontribusi yang penting terhadap keberhasilan kedua saudaranya dalam menciptakan suatu mesin yang dapat terbang. Di saat Orville dan Wilbur berkonsentrasi pada banyaknya detail dan eksperimen yang berguna bagi penemuan mereka, Katherine memilih untuk terus mendukung mereka dengan penuh kasih dan tanpa menonjolkan diri. Ia meneruskan usaha toko sepeda mereka (sumber penghasilan utama kedua saudaranya), melepaskan pekerjaan sebagai guru demi merawat Orville setelah kecelakaan pesawat yang dialaminya, dan menangani rupa-rupa hal detail yang datang seiring semakin tenarnya kedua saudaranya itu.
Melupakan Dosa-Dosa Kita
Julie dan suaminya merasa sedih dan menyesal ketika mereka mengetahui bahwa putri mereka telah mengutil selama ini. Namun, saat ia datang dan mengaku kepada mereka dengan hati yang sangat sedih, dengan pertolongan Allah, mereka mengampuninya—lalu membantunya membayar ganti rugi dan menjalani konseling. Namun, beberapa bulan setelah pengakuan tersebut, putri mereka sempat menyatakan bagaimana ia merasa orangtuanya mungkin tidak lagi mempercayainya. Meski Julie bertanya-tanya tentang maksud sang putri, ia tidak langsung terpikir tentang kesalahan anaknya itu. Karena Allah telah menghapuskan rasa sakit itu dari pikirannya, Julie juga memutuskan untuk tidak terjebak dengan masa lalu, melainkan meminta Allah untuk menolongnya rela mengampuni.
Sabar terhadap Satu Sama Lain
Beberapa hari lalu, saya berhenti di belakang sebuah mobil di suatu persimpangan jalan dan memperhatikan stiker berwarna cerah yang terpasang di jendela belakangnya, yang bertuliskan: “Pengemudi Baru. Mohon Bersabar.” Dengan banyaknya tindakan membabi buta di jalanan yang kita dengar (atau alami sendiri), stiker itu menjadi pengingat yang sangat baik agar kita dapat bersabar terhadap sesama pengemudi lainnya.
Allah Menyertai di Segala Usia Kita
Sebuah penelitian dari Denmark menjelajahi fenomena yang dialami oleh kebanyakan dari kita: seringnya kita menganggap diri lebih muda daripada usia yang sebenarnya. Hasil temuannya menawarkan sebuah konstanta—berapa pun usia kita sekarang ini, kita semua melihat diri kita 20 persen lebih muda dari yang sebenarnya. Seseorang yang berusia 50 tahun cenderung membayangkan dirinya berusia 40 tahun. (Bayangkan skenario lucu ketika seorang anak berpikir, “Hore, usiaku sepuluh tahun, tetapi kekuatan dan penampilanku seperti anak berusia delapan tahun!”)
Kemurahan Hati dalam Yesus
Semasa gerakan perjuangan hak-hak sipil di AS, Leah Chase, juru masak terkenal asal New Orleans, melakukan apa yang ia bisa untuk mendukung gerakan itu. Ia pun memasak dan memberi makan para pendemo yang sedang berunjuk rasa menuntut kesetaraan hak. Ia berkata, “Saya hanya menyediakan makanan. Orang-orang itu sedang memperjuangkan sesuatu, dan mereka tidak tahu apa yang akan mereka hadapi di luar sana. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi kepada mereka di jalanan. Akan tetapi, ketika ada di sini, mereka tahu saya akan memberi mereka makan. Itulah yang dapat saya lakukan bagi mereka.”
Dilema Spiritual
Dalam satu hari, umumnya orang mengecek ponselnya sebanyak 150 kali. Bayangkan sejenak hal tersebut. Ada yang menyita perhatian kita, dan bisa jadi hal itu tidak membawa kebaikan bagi kita. Itulah yang diyakini Tristan Harris. Ia adalah salah satu narasumber dalam film yang dibintangi oleh tokoh-tokoh ternama di bidang teknologi, yaitu mereka yang memperkenalkan kita kepada “media sosial.” Akan tetapi, alih-alih memberikan pujian, mereka justru menyuarakan peringatan, dengan menyebut realitas kita hari ini (dan juga menamai filmnya) sebagai The Social Dilemma (Dilema Sosial). “Kita adalah produknya. Perhatian kita adalah produk yang diperjualbelikan kepada para pemasang iklan.” Kita tentu memberikan perhatian kita kepada sesuatu yang kita anggap berharga atau layak. Namun, tidak jarang apa yang kita berikan perhatian itu bisa jadi sesuatu yang akhirnya kita puja.
Harta Bapa Kita
Saya mempunyai sebuah pisau lipat tua yang sudah usang dan tergerus oleh waktu. Bilah pisaunya sompek dan gagangnya penuh goresan, tetapi itu adalah salah satu harta ayah saya, disimpan di dalam sebuah kotak di atas lemari hingga ia memberikannya kepada saya. “Ini salah satu dari beberapa barang yang Ayah miliki dari kakekmu,” katanya kepada saya. Kakek saya meninggal ketika ayah saya masih muda, dan Ayah menghargai pisau tersebut karena ia menghargai ayahnya.