Dilema Spiritual
Dalam satu hari, umumnya orang mengecek ponselnya sebanyak 150 kali. Bayangkan sejenak hal tersebut. Ada yang menyita perhatian kita, dan bisa jadi hal itu tidak membawa kebaikan bagi kita. Itulah yang diyakini Tristan Harris. Ia adalah salah satu narasumber dalam film yang dibintangi oleh tokoh-tokoh ternama di bidang teknologi, yaitu mereka yang memperkenalkan kita kepada “media sosial.” Akan tetapi, alih-alih memberikan pujian, mereka justru menyuarakan peringatan, dengan menyebut realitas kita hari ini (dan juga menamai filmnya) sebagai The Social Dilemma (Dilema Sosial). “Kita adalah produknya. Perhatian kita adalah produk yang diperjualbelikan kepada para pemasang iklan.” Kita tentu memberikan perhatian kita kepada sesuatu yang kita anggap berharga atau layak. Namun, tidak jarang apa yang kita berikan perhatian itu bisa jadi sesuatu yang akhirnya kita puja.
Harta Bapa Kita
Saya mempunyai sebuah pisau lipat tua yang sudah usang dan tergerus oleh waktu. Bilah pisaunya sompek dan gagangnya penuh goresan, tetapi itu adalah salah satu harta ayah saya, disimpan di dalam sebuah kotak di atas lemari hingga ia memberikannya kepada saya. “Ini salah satu dari beberapa barang yang Ayah miliki dari kakekmu,” katanya kepada saya. Kakek saya meninggal ketika ayah saya masih muda, dan Ayah menghargai pisau tersebut karena ia menghargai ayahnya.
Menolak Menggerutu kepada Allah
Sebagai jawaban atas doanya, Alex dapat melunasi biaya perawatan giginya dengan sumber dana yang tidak terduga dari asuransi kesehatannya. Namun, masih ada perawatan lain yang ia butuhkan. Dari mana lagi saya mendapatkan uang untuk itu? Alex menggerutu. Kejengkelan akan besarnya biaya yang harus ia keluarkan memenuhi pikirannya.
Semuanya Sudah Diampuni
Dalam salah satu cerita pendeknya, Ernest Hemingway mengisahkan tentang seorang ayah asal Spanyol yang rindu untuk dapat bersatu kembali dengan sang putra yang telah menjauh darinya. Ia memasang iklan di surat kabar lokal dengan tulisan: Paco, temui Ayah di Hotel Montana pada hari Selasa siang. Semuanya sudah diampuni. Ketika ayah tersebut tiba, ia menemukan kerumunan orang sedang menunggu. Delapan ratus Paco telah menanggapi iklan tersebut, dan mereka semua mendambakan pengampunan dari ayah mereka.
Kemenangan dari Kebaikan Hati
Ketika Jackie Robinson, pemain kulit hitam pertama di Liga Utama Bisbol modern, bertanding di Shibe Park, Philadelphia, tanggal 9 Mei 1947, Doris yang berusia 10 tahun berada di tribun atas bersama ayahnya. Ketika seorang pria tua berkulit hitam berjalan menuju kursi di sebelah mereka, ayah Doris membuka percakapan untuk berkenalan dengan pria tersebut. Doris mengatakan bahwa percakapan kedua pria tentang skor pertandingan bisbol itu membuat ia merasa lebih dewasa. Di kemudian hari, ia berujar, “Aku takkan pernah lupa bapak itu dan juga senyum di wajahnya.” Interaksi yang menyenangkan antara Doris, seorang gadis muda berkulit putih, dan pria tua baik hati dari keturunan budak tersebut menjadikan hari itu istimewa.
Diterima Yesus Apa Adanya
Sejak kecil, hidup Eric telah diwarnai banyak tantangan, termasuk ruam kulit yang parah, masalah di sekolah, dan kecanduan alkohol atau narkoba setiap hari pada usia yang sangat muda. Namun, pemuda yang menjuluki dirinya sendiri sebagai “raja kejahatan” itu merasa cukup mahir bermain bisbol—walau akhirnya ia pun berhenti menekuni bisbol karena mengalami diskriminasi. Hal ini justru membuatnya memiliki lebih banyak waktu untuk menggunakan dan mengedarkan narkoba.
Keindahan Lahir dari Kelemahan
Selama 50 tahun terakhir masa hidupnya, seorang seniman bernama Degas menderita penyakit pada retinanya. Ia pun beralih dari menggunakan pewarna cat ke pastel karena garis berkapur yang dihasilkannya lebih mudah dilihat. Renoir harus meletakkan kuas di antara jari-jarinya ketika radang sendi membuat jari-jari itu mengepal seperti cakar. Kemudian, ketika operasi membuat Matisse tidak lagi bisa berpindah-pindah tempat, ia beralih kepada seni kolase dengan mengarahkan asistennya untuk menempelkan potongan-potongan kertas berwarna pada lembaran kertas yang lebih besar di dinding. Yang kemudian dihasilkan dari setiap pengalaman sulit tersebut adalah karya-karya kreatif yang mendobrak zaman: Blue Dancers karya Degas, Girls at the Piano karya Renoir, The Sorrows of the King karya Matisse, serta mahakarya lainnya. Ketika para seniman itu beradaptasi dengan kesulitan yang dialami, keindahan pun lahir dari kelemahan fisik mereka.
Allah Takkan Membiarkan Kita
Departemen Transportasi AS melaporkan bahwa pada tahun 2021, maskapai penerbangan di AS telah lalai menangani dua juta koper. Untungnya, banyak koper yang hanya tertunda atau hilang untuk sementara waktu. Meski demikian, ribuan koper lainnya lenyap untuk selamanya. Jadi, tidak heran terjadi lonjakan pembelian perangkat GPS yang dapat dipasang pada barang, yang memungkinkan kita untuk melacak koper kita ketika maskapai penerbangan sudah menyerah. Kita semua khawatir kalau-kalau pihak yang seharusnya bertanggung jawab tidak lagi bisa dipercaya untuk mengawasi hal-hal yang sebenarnya penting.
Mengikuti Rencana Allah
Kecemasan membuat saya tidak bisa berfokus pada proyek yang seharusnya saya kerjakan. Saya takut rencana saya tidak akan berhasil. Namun, sebenarnya rasa cemas itu datang dari kesombongan saya sendiri. Saya yakin bahwa jadwal dan rencana sayalah yang terbaik, jadi saya ingin semuanya terus berjalan tanpa hambatan. Namun, sebuah pertanyaan muncul di benak saya: Apakah rencana saya adalah rencana Allah?