Category  |  Santapan Rohani

Mengasihi Sesama

Setelah hujan badai di akhir musim panas menerjang kota kami, kami harus mengurus kerusakan rumah kami akibat pohon tumbang, ditambah pembersihan besar-besaran terhadap halaman kami yang dipenuhi dedaunan dan ranting. Saat saya menghabiskan sepanjang hari berikutnya dengan membereskan kerusakan dan puing-puing pohon, saya mencoba untuk menghibur diri dengan mengatakan berulang-ulang: “Kami tidak punya pohon!” Itu memang benar. Selain tiga pohon pinus mungil setinggi 90 cm, kami tidak memelihara pohon. Namun, saya menghabiskan banyak waktu membersihkan sisa-sisa badai atau dedaunan yang jatuh dari pohon-pohon milik tetangga.

Tak Pernah Sendirian

Selama bertahun-tahun, saya sudah menyemangati dan mendoakan orang-orang yang berjuang melawan kesepian yang ditimbulkan oleh berbagai alasan: para penghuni panti jompo yang tidak pernah dikunjungi keluarganya, seorang janda yang menghabiskan banyak waktu di luar rumah agar tidak sendirian di rumahnya yang kosong, para pemimpin pelayanan yang tidak bisa menceritakan isi hati mereka kepada sembarang orang, serta orang-orang tunawisma yang merasa diabaikan dan sendirian.

Selamanya Setia

Kebakaran hutan yang paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat adalah Kebakaran Peshtigo di kawasan timur laut negara bagian Wisconsin. Kebakaran itu terjadi pada malam yang sama dengan peristiwa kebakaran besar di Chicago yang lebih dikenal luas (tanggal 8 Oktober 1871), tetapi merenggut beberapa ratus nyawa lebih banyak. Peshtigo, sebuah kota yang berkembang pesat dengan maraknya bangunan berbahan kayu dan bagian dari industri perkayuan, hancur dalam waktu kurang dari satu jam oleh ganasnya api yang dipicu oleh angin kencang.

Damai Sejahtera dalam Kelepasan

Kayla mengerutkan keningnya saat ia memasukkan selembar kertas lagi ke dalam kotak yang sudah penuh, yang bertuliskan “Serahkan kepada Allah” pada keempat sisinya. Sambil menghela nafas dalam-dalam, ia memeriksa catatan-catatan doa yang pernah ia masukkan ke dalam kotak itu. “Aku membacanya keras-keras hampir setiap hari,” katanya kepada Chantel, temannya. “Bagaimana aku bisa yakin kalau Allah mendengarkanku?” Chantel menyerahkan Alkitabnya kepada Kayla, dan berkata: “Percayalah, Allah selalu memegang janji-Nya, dan lepaskan setiap doa yang sudah kamu tulis atau baca ke dalam tangan-Nya.”