
Mengembangkan Sikap Bersyukur
“Papa, bisa tolong ambilkan air minum?” pinta putri bungsu saya. “Ini ya,” jawab saya, sambil menyodorkan secangkir penuh. Ia menerimanya tanpa sepatah kata pun. Tak lama kemudian, putri sulung saya meminta hal yang sama—dan reaksinya sama: diam. Dengan nada kesal, akhirnya saya berkata, “Mengapa tidak ada yang mengucapkan terima kasih? Apa susahnya?”

Menunjuk kepada Yesus
Seorang pria tua sedang berlari santai di jalanan kota New York ketika ia melihat sepasang sepatu kets usang di sebelah papan milik seorang gelandangan muda yang meminta bantuan. Saat mengetahui bahwa mereka berdua mengenakan ukuran sepatu yang sama, pria tua tadi melepas sepatunya—beserta kaus kakinya!—dan memberikannya kepada pemuda tersebut. Sebelum berjalan pulang tanpa alas kaki, ia berkata kepada gelandangan itu, “Hidupku sangat diberkati oleh Allah. Dia begitu baik kepadaku, jadi sekarang aku ingin memberkatimu juga.”

Pelajaran yang Tak Terlupakan
Corey Brooks, yang dikenal sebagai “Pendeta di Atap Gereja,” tinggal selama 343 hari di atas atap gerejanya di selatan Chicago sebagai aksi untuk mendorong perubahan di komunitasnya. Melalui ruang daring, Brooks menyampaikan penghargaan khusus kepada guru sekolah dasarnya, Joe Stokes, yang telah meneruskan empat pelajaran penting yang tak terlupakan: kekuatan dari kegigihan, pentingnya integritas, nilai berharga dari keterlibatan dalam masyarakat, dan dampak dari pendidikan.

Menjadi Gereja
Pada suatu sore yang terik, saya menggambar di jalanan dengan kapur bersama keluarga tetangga saya yang berasal dari Sudan. Dari rumah di sebelah rumah mereka, terdengar nyanyian dari kelompok kecil yang sedang beribadah. Ibu muda yang bersama saya merasa penasaran, jadi kami pun mendekat untuk mendengarkan. Melihat kami, para anggota kelompok itu mengundang kami untuk bergabung. Di sana, seorang pemuda berdiri dalam sebuah tangki air untuk menerima pembaptisan. Ia sedang bersaksi tentang pengampunan yang ia terima atas dosa-dosanya dan tekad hidupnya untuk mengikut Yesus.
