Category  |  Santapan Rohani

Keluarga Allah

Saat itu tahun 1863. Edwin berdiri di peron kereta api di kota Jersey. Ia melihat seorang pemuda terdorong oleh kerumunan massa hingga terhimpit dengan gerbong kereta. Pemuda itu pun jatuh ke dalam celah antara kereta dan peron. Saat kereta mulai bergerak, Edwin mengulurkan tangannya dan, di menit-menit terakhir, berhasil menarik keluar pemuda tersebut ke tempat yang aman.

Ketika Hidup Tidak Adil

Novel klasik karya Charles Dickens, Oliver Twist, mengisahkan bagaimana Oliver yang sakit-sakitan lahir di sebuah rumah sosial, sebuah institusi yang terkenal sering mengeksploitasi orang miskin. Bocah laki-laki yang yatim piatu sejak lahir itu akhirnya melarikan diri karena perlakuan yang kejam. Melalui serangkaian “liku-liku” yang menakjubkan, Oliver mengetahui bahwa ternyata ia seorang ahli waris dari harta berjumlah besar. Dickens, yang menyukai akhir yang bahagia, memastikan bahwa setiap orang yang menyakiti Oliver selama bertahun-tahun pasti menerima hukuman atau bertobat. Para penindas Oliver menerima ganjaran yang pantas mereka dapatkan, sementara Oliver “mewarisi tanah.” Andai saja realitas hidup memiliki akhir yang selalu berjalan sesuai harapan, seperti yang tertulis dalam novel-novel karya Dickens.

Serupa dengan Kristus

Seperti kebanyakan anak yang besar di dekade 1950-an dan 60-an, saya menekuni olahraga bisbol sebagai hobi. Setiap hari saya tidak sabar untuk pergi ke taman dan bermain bisbol, dan salah satu kegembiraan terbesar saya adalah saat saya mengenakan kaus tanding yang bertuliskan nama tim kami—GIANTS! Meski nomor 9 di punggung membedakan saya dari yang lain, seragam tersebut menjadi identitas bahwa kami semua anggota dari tim yang sama.

Teman di Tengah Malam

“Siapa yang dapat Anda hubungi di tengah malam ketika ada sesuatu yang tidak beres?” Pertanyaan ini mengguncang saya ketika saya pertama kali mendengarnya bertahun-tahun lalu. Berapa banyak persahabatan saya yang cukup kuat sehingga saya dapat mengandalkan mereka di saat saya sangat membutuhkan? Saya tidak tahu.

Ditopang oleh Allah

Suatu hari, kami sekeluarga membawa ayah saya pulang dari rumah sakit. Beliau mengidap penyakit degeneratif, dan kami harus beradaptasi dengan rutinitas medis baru yang memerlukan perawatan 24 jam karena ayah saya hanya bisa terbaring di tempat tidur dan membutuhkan selang makan. Di saat yang sama, saya juga perlu merencanakan prosedur pengobatan untuk masalah lambung ibu saya dan menghadapi klien-klien yang sulit di tempat kerja. Karena merasa kewalahan, suatu hari saya masuk ke kamar mandi dan mencurahkan isi hati saya kepada Allah: Tolong aku, Bapa. Berilah aku kekuatan untuk melewati hari-hari ke depan.