Category  |  Santapan Rohani

Pergi Bersama Allah

Dalam The Courier, sebuah film yang terinspirasi dari peristiwa nyata, tokoh utama Greville dihadapkan pada keputusan sulit. Ia mengetahui bahwa seorang teman dekatnya akan ditangkap dan kemungkinan besar akan menghadapi hukuman penjara yang penuh siksaan. Greville dapat menyelamatkan dirinya dari nasib yang sama jika ia segera meninggalkan negara itu dan menyangkal pernah mengenal temannya tadi. Namun, karena tergerak oleh belas kasihan, Greville menolak untuk pergi dan memilih dipenjara. Dengan setia ia rela ikut menderita bersama dengan temannya. Keduanya menolak untuk mengkhianati satu sama lain. Pada akhirnya, Greville dibebaskan sebagai sahabat yang hidupnya berantakan, tetapi teruji kesetiaan dan ketulusannya.

Berbagi Bahan-Bahan Rohani

Tempat dan akomodasi yang kami gunakan untuk acara pertemuan kepemimpinan di pusat kota Chicago terasa sangat kontras dengan keadaan serba berkekurangan yang saya temui dalam perjalanan ke sana—dan itu termasuk orang-orang miskin yang kekurangan makanan dan tempat tinggal. Kesenjangan itu menolong saya untuk membayangkan dan merumuskan hal-hal yang perlu kami sertakan dalam perencanaan lembaga kami, yang sesuai dengan visi untuk melayani kota ini dan tempat-tempat lain—yakni untuk menghadirkan bahan-bahan rohani (apa pun yang diberikan Allah untuk dapat menyebarkan pesan tentang kasih dan keselamatan-Nya) di tempat-tempat yang paling membutuhkannya.

Dengarkan Batu-Batu

Setelah keluarga kami mengadakan ibadah untuk mengenang almarhum ayah saya di tepi sungai, kami masing-masing memilih sebuah batu untuk membantu kami mengingat beliau. Kehidupannya penuh dengan kemenangan dan kekalahan silih berganti, tetapi kami tahu hatinya sangat mengasihi kami. Saat jari-jari saya mengusap permukaan batu pilihan saya yang halus, saya ditolong untuk memegang erat kenangan tentang beliau.

Pengingat yang Berguna dari Roh

Suatu kali, saya diundang untuk bernyanyi sebelum dimulainya pertandingan olahraga yang diikuti oleh salah seorang putra saya. Meski sudah menghafal lirik lagu yang akan dinyanyikan, saya tetap berlatih menyanyikannya selama beberapa minggu. Hari itu, ketika saya berjalan menuju lapangan dengan kedua tim yang bertanding berbaris di kiri-kanan saya, saya menutup mata dan berdoa. Saya mulai dengan menyanyikan beberapa baris, tetapi kemudian saya terdiam dan mematung. Saya tidak bisa mengingat lirik lagu berikutnya. Lalu, seorang pria di belakang saya membisikkan kata-kata yang saya lupakan itu. Begitu mendengar pengingat yang berguna itu, saya langsung menyanyikan seluruh lagu itu dengan penuh percaya diri.

Kesedihan yang Baik

Seorang pria bernama Hidesaburō Ueno mengajar di Universitas Imperial di Tokyo pada tahun 1920an. Setiap sore, ia pulang dengan kereta jam 3 sore dan melihat anjingnya, Hachiko, sedang menunggunya. Suatu hari, Profesor Ueno terkena serangan stroke saat mengajar dan akhirnya meninggal dunia. Ketika kereta sore itu tiba tanpa beliau, Hachiko sempat bertahan menunggu sebelum akhirnya kembali ke rumah. Namun, keesokan harinya anjing itu kembali pada jam 3 sore, lalu kembali esok harinya, dan juga hari berikutnya, demikian terus sampai 10 tahun. Kesetiaan Hachiko menyentuh hati banyak orang, hingga mereka memutuskan untuk datang dan duduk bersamanya.

Saudara Perempuan Wright

Kebanyakan orang tahu tentang Wright bersaudara—Orville dan Wilbur—yang merancang, membangun, dan sukses menerbangkan pesawat udara untuk pertama kalinya di awal tahun 1900. Akan tetapi, mungkin tidak banyak orang yang mengenal Katherine Wright. Namun, sosok Katherine memberi kontribusi yang penting terhadap keberhasilan kedua saudaranya dalam menciptakan suatu mesin yang dapat terbang. Di saat Orville dan Wilbur berkonsentrasi pada banyaknya detail dan eksperimen yang berguna bagi penemuan mereka, Katherine memilih untuk terus mendukung mereka dengan penuh kasih dan tanpa menonjolkan diri. Ia meneruskan usaha toko sepeda mereka (sumber penghasilan utama kedua saudaranya), melepaskan pekerjaan sebagai guru demi merawat Orville setelah kecelakaan pesawat yang dialaminya, dan menangani rupa-rupa hal detail yang datang seiring semakin tenarnya kedua saudaranya itu.

Melupakan Dosa-Dosa Kita

Julie dan suaminya merasa sedih dan menyesal ketika mereka mengetahui bahwa putri mereka telah mengutil selama ini. Namun, saat ia datang dan mengaku kepada mereka dengan hati yang sangat sedih, dengan pertolongan Allah, mereka mengampuninya—lalu membantunya membayar ganti rugi dan menjalani konseling. Namun, beberapa bulan setelah pengakuan tersebut, putri mereka sempat menyatakan bagaimana ia merasa orangtuanya mungkin tidak lagi mempercayainya. Meski Julie bertanya-tanya tentang maksud sang putri, ia tidak langsung terpikir tentang kesalahan anaknya itu. Karena Allah telah menghapuskan rasa sakit itu dari pikirannya, Julie juga memutuskan untuk tidak terjebak dengan masa lalu, melainkan meminta Allah untuk menolongnya rela mengampuni.

Sabar terhadap Satu Sama Lain

Beberapa hari lalu, saya berhenti di belakang sebuah mobil di suatu persimpangan jalan dan memperhatikan stiker berwarna cerah yang terpasang di jendela belakangnya, yang bertuliskan: “Pengemudi Baru. Mohon Bersabar.” Dengan banyaknya tindakan membabi buta di jalanan yang kita dengar (atau alami sendiri), stiker itu menjadi pengingat yang sangat baik agar kita dapat bersabar terhadap sesama pengemudi lainnya.

Allah Menyertai di Segala Usia Kita

Sebuah penelitian dari Denmark menjelajahi fenomena yang dialami oleh kebanyakan dari kita: seringnya kita menganggap diri lebih muda daripada usia yang sebenarnya. Hasil temuannya menawarkan sebuah konstanta—berapa pun usia kita sekarang ini, kita semua melihat diri kita 20 persen lebih muda dari yang sebenarnya. Seseorang yang berusia 50 tahun cenderung membayangkan dirinya berusia 40 tahun. (Bayangkan skenario lucu ketika seorang anak berpikir, “Hore, usiaku sepuluh tahun, tetapi kekuatan dan penampilanku seperti anak berusia delapan tahun!”)