Sudah Terlambat
Kejadian ini hampir selalu terjadi di tiap semester. Saya sering berkata pada para mahasiswa tingkat satu dalam mata kuliah menulis bahwa mereka harus menyelesaikan berbagai tugas menulis untuk syarat kelulusan mereka. Namun hampir di setiap semester, ada saja murid yang tidak mempercayai per-kataan saya. Mereka itu biasanya mengirimi saya e-mail di hari terakhir semester dengan nada panik serta menjabarkan alasan mereka tidak menyelesaikan tugas. Saya tidak suka melakukannya, tetapi saya harus tetap mem-beritahukan kepada mereka, “Maafkan saya. Sekarang sudah terlambat. Anda tidak lulus mata kuliah menulis.”
Kristus Di Tengah Badai
Dalam usianya yang ke-27, Rembrandt menghasilkan karya lukisan peman-dangan laut yang diberi judul Kristus di Tengah Badai di Danau Galilea berdasarkan kisah dalam Injil Markus pasal 4. Dengan penggunaan perbedaan cahaya dan bayangan yang sangat tegas, lukisan Rembrandt menggambarkan sebuah perahu kecil yang terancam hancur di tengah badai yang sedang mengamuk kencang. Ketika para murid sedang berjuang melawan angin dan ombak, Yesus tidak terganggu sama sekali. Akan tetapi, aspek yang paling tidak biasa dari lukisan tersebut adalah kehadiran seorang murid ke-13 di dalam perahu tersebut yang menurut para ahli seni menyerupai sosok Rembrandt sendiri.
Pertanyaan Yang Mengusik
Saat menaiki kereta api beberapa tahun setelah berakhirnya perang saudara di Amerika, Jendral Lew Wallace dari Angkatan Perang Bagian Utara bertemu dengan seorang rekan perwira, Kolonel Robert Ingersoll. Ingersoll adalah seorang penganut paham agnostik terkemuka di abad ke-19, sedangkan Wallace adalah seorang Kristen. Ketika pembicaraan mulai membahas perbedaan kepercayaan mereka, Wallace sadar ia tidak bisa menjawab pertanyaan dan keraguan yang dilontarkan Ingersoll. Didorong oleh rasa malu karena kurangnya pemahaman atas imannya sendiri, Wallace mulai menggali Kitab Suci untuk mencari jawabannya. Usahanya itu membuahkan suatu pernyataan iman yang kokoh mengenai sosok Sang Juruselamat yang tertuang dalam novel sejarah klasik karyanya: Ben-Hur: A Tale of The Christ (Ben-Hur: Kisah Tentang Kristus).
Belajar Mengasihi
Ketika Hans Egede pergi ke Greenland sebagai seorang misionaris pada tahun 1721, ia tidak dapat berbahasa Inuit. Ia mempunyai sifat yang mudah tersinggung dan marah, dan ia juga bergumul untuk dapat bersikap ramah terhadap penduduk setempat.
Merendahkan Diri
Sebuah video dimulai dengan menampilkan Daisy, seekor anak anjing yang takut untuk turun dari anak tangga teratas. Walaupun di bawah orang-orang terus memanggil dan menyorakinya, Daisy tetap tidak berani untuk turun. Daisy ingin sekali bergabung dengan orang-orang di bawah itu, tetapi rasa takut membuatnya enggan untuk menapaki anak tangga. Lalu Simon, seekor anjing yang lebih besar, datang untuk menolong. Simon berlari menaiki anak tangga itu, lalu turun lagi, dengan maksud supaya Daisy melihat betapa mudah caranya naik-turun. Daisy masih merasa tidak yakin. Simon kembali naik-turun tangga itu, tetapi kali ini dengan lebih pelan. Namun Daisy masih terlalu takut untuk mencoba. Sekali lagi Simon naik dan menunjukkan caranya. Akhirnya Daisy berani melangkahkan kaki belakangnya mengikuti kaki depannya. Dan Simon tetap mendampingi Daisy sampai berhasil. Semua orang pun bersorak gembira!
Ikan Yang Ketakutan
Saya mengalami bahwa merawat akuarium air laut bukanlah hal yang mudah. Saya harus memasang perangkat laboratorium kimia yang mudah dibawa ke mana-mana guna memantau tingkat nitrat dan kandungan amonia dari air tersebut. Saya perlu memasuk-kan berbagai vitamin, antibiotik, obat antibakteri, dan enzim. Saya harus menyaring airnya melalui kaca fiber dan arang.
Tidak Pernah Mengecewakan
Ketika saya masih kecil, salah satu permainan favorit saya di waktu senggang adalah bermain jungkat-jungkit di sebuah taman dekat rumah. Masing-masing anak duduk saling berhadapan di tiap ujung papan dan bergantian menggerakkan papan itu naik-turun. Terkadang salah satu dari mereka yang dalam posisi turun akan menahan papan yang didudukinya dan membiarkan teman mainnya yang sedang duduk di ujung satunya terperangkap di atas yang berteriak-teriak minta diturunkan. Namun tindakan yang paling kejam di antara semuanya adalah melompat dari jungkat-jungkit dan melarikan diri ketika teman Anda sedang berada di atas, karena ia akan turun dan jatuh terjerembab ke tanah dengan benturan yang menyakitkan.
Soraklah Haleluya!
Beberapa hari lalu, di arena olahraga dalam kompleks kami, saya memperhatikan sahabat karib saya, Bob, sedang mengayuh sepeda dengan bersemangat sambil terus menatap alat monitor tekanan darah yang dipasang pada jarinya.
Perbuatan Baik
Dalam perjalanan saya bersama beberapa teman, kami menjumpai satu keluarga yang mobilnya mogok di pinggir jalan. Teman-teman saya langsung menepikan kendaraan dan menolong keluarga itu. Mereka berhasil menghidupkan kembali mobil mogok itu, berbicara pada pasangan suami-istri dari keluarga itu, dan memberi keluarga itu sejumlah uang untuk membeli bensin. Ketika si istri mengucapkan terima kasih berulang kali, mereka menjawab, “Kami senang bisa membantu. Kami melakukannya dalam nama Yesus.” Ketika kami melanjutkan perjalanan, saya memikirkan betapa lugasnya teman-teman saya dalam membantu orang yang membutuhkan pertolongan dan mengakui Tuhan sebagai sumber kebaikan hati mereka.