Nyanyian di Malam Hari
Matahari sudah lama terbenam ketika listrik di rumah saya tiba-tiba mati. Hari itu saya sedang bersama kedua anak kami yang masih kecil, dan ini pertama kalinya mereka mengalami pemadaman listrik. Setelah memastikan bahwa memang sedang ada pemadaman listrik, saya mengambil beberapa batang lilin, dan mengajak anak-anak duduk di dapur dengan hanya diterangi cahaya lilin yang berkedip-kedip. Mereka terlihat cemas dan gelisah, maka kami pun mulai bernyanyi. Tak lama kemudian, wajah-wajah khawatir mereka berganti menjadi senyuman. Terkadang, di saat-saat tergelap dalam hidup ini, yang kita butuhkan adalah nyanyian.
Siapa yang Masih Membutuhkan Saya?
Dalam suatu penerbangan dinihari ke Washington, DC, penulis rubrik opini Arthur Brooks tidak sengaja mendengar seorang wanita lanjut usia berbisik kepada suaminya, “Siapa bilang tidak ada yang membutuhkanmu lagi?” Suaminya bergumam bahwa ia berharap untuk mati saja, dan istrinya membalas, “Sudahlah, jangan bicara seperti itu.” Setelah mendarat, Brooks menoleh dan langsung mengenali pria tua itu. Ia seorang pahlawan terkenal di dunia. Para penumpang lain menyalaminya, dan pilot pesawat itu mengucapkan terima kasih untuk keberaniannya di masa lalu. Bagaimana mungkin lelaki perkasa itu kini tenggelam dalam keputusasaan?
Kesukaan bagi Dunia
Setiap Natal kami menghias rumah dengan diorama kelahiran Yesus (yang menggambarkan peristiwa dan tokoh di sekitar palungan) dari berbagai belahan dunia. Kami memiliki diorama Natal berbentuk piramida dari Jerman, pajangan yang dipahat dari kayu pohon zaitun Betlehem, dan diorama khas Meksiko yang berwarna cerah. Yang paling kami sukai adalah sebuah pajangan lucu dari Afrika. Tidak seperti diorama tradisional yang menggunakan domba dan unta, dalam hiasan ini terdapat seekor kuda nil yang ikut melihat bayi Yesus.
Saat Damai Hadir
Pada suatu malam Natal yang dingin di Belgia di tahun 1914, terdengar suara nyanyian berkumandang dari parit-parit tempat para prajurit berlindung. Alunan lagu Natal “Malam Kudus” terdengar dalam bahasa Jerman dan disusul kemudian dalam bahasa Inggris. Para prajurit yang hari itu sempat saling bertempur sekarang menanggalkan senjata mereka dan keluar dari parit untuk berjabat tangan di wilayah netral. Mereka saling mengucapkan selamat Natal dan spontan berbagi jatah makanan mereka sebagai hadiah. Gencatan senjata berlanjut hingga keesokan harinya, ketika para prajurit mengobrol dan bersenda gurau, bahkan mengadakan pertandingan sepak bola di antara mereka.
Tiada Kemewahan, Hanya Kemuliaan
Hari itu, saat melihat dekorasi Natal kami yang dipenuhi hiasan-hiasan Natal yang dibuat sendiri oleh anak lelaki saya, Xavier, dan aneka ragam pernak-pernik buatan neneknya, ada perasaan tidak puas dalam diri saya. Saya tidak mengerti alasannya, karena sebelumnya saya selalu menghargai kreativitas dan kenangan yang melekat pada setiap hiasan tersebut. Lalu, mengapa ketika melihat dekorasi Natal di toko-toko, saya justru menginginkan pohon Natal dengan hiasan lampu-lampu indah yang serasi, ornamen bola-bola yang berkilauan, dan pita-pita dari kain satin?