Month: Februari 2022

Mengikuti Teladan Pemimpin

Tidak ada kata-kata. Hanya musik dan gerakan. Dalam suatu maraton Zumba yang berlangsung 24 jam di tengah pandemi COVID-19, ribuan orang dari seluruh dunia berolahraga bersama dan secara virtual mengikuti gerakan para instruktur dari India, China, Meksiko, Amerika, Afrika Selatan, Eropa, serta beberapa wilayah lainnya. Individu yang berbeda-beda itu mampu bergerak bersama tanpa halangan bahasa sedikit pun. Kenapa? Karena para instruktur Zumba, yang gerakannya diciptakan pada pertengahan dekade 1990-an oleh seorang instruktur aerobik asal Kolombia, menggunakan isyarat nonverbal untuk berkomunikasi. Para instruktur bergerak, dan para murid mencontoh. Mereka mengikuti tanpa satu pun kata diucapkan atau diteriakkan.

Menantang Bintang

Pada awal abad ke-20, penyair asal Italia F. T. Marinetti meluncurkan Futurisme, suatu aliran seni yang menolak masa lalu, mengejek pandangan tradisional tentang keindahan, dan sebaliknya memuja industri mesin. Marinetti menulis Manifesto Futurisme pada tahun 1909, dan di dalamnya ia menyatakan kebenciannya terhadap kaum perempuan, memuja kekerasan fisik, dan mengagung-agungkan perang. Manifesto itu ditutup dengan ungkapan: “Dengan berdiri di puncak dunia, dengan nekat sekali lagi kami menantang bintang-bintang!”

Mengasihi Orang-orang Terkasih

Amos seorang yang sangat ekstrover, sedangkan Danny penyendiri yang tidak percaya diri. Entah bagaimana, kedua orang genius dengan kepribadian bertolak belakang ini menjadi sahabat karib. Mereka tertawa dan belajar bersama selama satu dekade penuh. Hasil kolaborasi mereka kelak akan dianugerahi Hadiah Nobel. Namun, suatu waktu Danny menyatakan kepada Amos bahwa ia tidak lagi mau berteman dengan Amos karena tidak tahan dengan gaya hidupnya yang egois.

Jangan Pernah Berkata “Tidak Bisa”

Jen terlahir tanpa kaki dan ditinggalkan begitu saja di rumah sakit. Namun, ia mengaku bahwa baginya diadopsi adalah berkat. “Aku ada di sini karena orang-orang yang telah mencurahkan hidupnya bagiku.” Keluarga angkatnya membantu Jen untuk melihat bahwa ia “dilahirkan seperti itu karena suatu alasan”. Mereka membesarkan Jen dengan sikap “jangan pernah berkata ‘tidak bisa’”, dan mendorong Jen untuk mengejar semua cita-citanya, termasuk menjadi pemain akrobat udara yang ulung! Jen menyikapi tantangan-tantangan yang ditemuinya dengan pertanyaan, “Bagaimana aku dapat mengatasi ini?” dan memotivasi orang lain untuk melakukan yang sama.

Bersandar kepada Allah

Harriet Tubman tidak dapat membaca dan menulis. Sebagai budak di masa remajanya, ia menderita cedera kepala karena disiksa oleh mandor yang kejam. Akibatnya ia sering mengalami kejang dan kehilangan kesadaran di sepanjang sisa hidupnya. Namun, begitu lepas dari perbudakan, Harriet dipakai Allah untuk membebaskan tiga ratus orang lain dari perbudakan.