Month: Juni 2024

Makam Sebna

Penyair Irlandia W. B. Yeats ingin dimakamkan “Di Bawah Ben Bulben”, sebuah gunung megah berpuncak datar yang dijadikan salah satu judul puisi terakhirnya. Baris terakhir puisi tersebut terukir pada batu nisannya: “Menatap dingin / pada kehidupan, pada kematian. / Penunggang kuda, lewatlah!”

Setiap Momen Itu Berharga

Ketika kapal Titanic menabrak gunung es pada April 1912, Pendeta John Harper berhasil mengamankan tempat untuk putrinya yang berusia enam tahun dalam salah satu sekoci yang jumlahnya terbatas. Ia lalu memberikan rompi pelampungnya kepada seorang penumpang lain dan memberitakan Injil kepada setiap orang yang mau mendengarkannya. Ketika kapal itu tenggelam dan ratusan orang menantikan penyelamatan yang tak kunjung datang, Harper berenang dari satu orang ke orang lain sambil berkata, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat” (Kis. 16:31).

Memberi dengan Kebesaran Hati

Dalam suatu klub pembaca Alkitab yang dilayani istri saya, Sue, seminggu sekali, anak-anak diajak memberikan persembahan kasih untuk membantu anak-anak Ukraina yang dilanda perang. Kira-kira seminggu setelah Sue memberi tahu cucu perempuan kami yang berusia 11 tahun, Maggie, tentang proyek tersebut, kami menerima sepucuk amplop lewat pos darinya. Isinya uang sejumlah $3,45 (sekitar Rp55.000) yang disertai catatan: “Hanya ini yang sekarang kupunya untuk membantu anak-anak di Ukraina. Akan kukirim lagi nanti.”

Dosa dan Berhala

Sebuah kelompok pendalaman Alkitab yang saya tahu, beranggotakan para pria yang sudah berusia hampir 80 tahun. Jadi, saya cukup terkejut saat mengetahui bahwa ternyata mereka bergumul dengan hawa nafsu. Pergumulan yang mereka hadapi sejak usia muda itu masih terus mereka rasakan. Setiap hari mereka bertekad untuk mengikut Yesus dalam pergumulan tersebut dan meminta pengampunan-Nya saat mereka gagal.

Bisa jadi kita kaget…

Sukacita dalam Memberi

Ketika putra kecil Keri kembali menjalani operasi distrofi otot, Keri ingin sejenak mengalihkan pikiran dari situasi keluarga yang dihadapinya dengan melakukan sesuatu bagi orang lain. Ia memutuskan untuk mengumpulkan beberapa pasang sepatu putranya yang sudah kekecilan tetapi masih layak pakai, lalu menyumbangkannya ke sebuah pelayanan. Pemberiannya itu mendorong sejumlah teman, anggota keluarga, bahkan tetangga untuk ikut serta, dan tak lama kemudian terkumpullah lebih dari 200 pasang sepatu untuk disumbangkan!