Tuhan Menyediakan
Kegelisahan saya semakin menjadi-jadi sepanjang musim panas setelah saya lulus sarjana dan akan memulai program magister. Saya senang jika segala sesuatu sudah terencana, jadi membayangkan harus pindah ke luar negara bagian dan masuk kuliah tanpa memiliki pekerjaan membuat saya gelisah. Namun, beberapa hari sebelum mengakhiri pekerjaan saya di musim panas, saya diminta terus bekerja untuk perusahaan tersebut dari jarak jauh. Saya menerima tawaran tersebut dan merasa tenang karena tahu Allah memelihara hidup saya.
Mangkuk Air Mata
Di Boston, Massachusetts, terdapat sebuah plakat bertuliskan “Menyeberangi Mangkuk Air Mata” yang dipasang untuk mengenang orang-orang yang dengan berani menyeberangi Samudra Atlantik agar tidak mati kelaparan di tengah bencana kelaparan hebat yang melanda Irlandia di akhir tahun 1840-an. Lebih dari sejuta orang meninggal dalam bencana kelaparan itu, sementara satu juta lebih lainnya memutuskan meninggalkan kampung halaman untuk menyeberangi lautan, yang secara puitis oleh John Boyle O’Reilly disebut sebagai “Mangkuk Air Mata.” Terdorong oleh kepedihan dan kelaparan hebat, orang-orang itu pergi mencari setitik pengharapan di tengah masa-masa sulit.
Kasih yang Melampaui Batas
Di musim panas tahun 2017, serangan Badai Harvey telah mengakibatkan kerugian besar berupa nyawa dan harta benda di daerah Pantai Teluk Amerika Serikat. Banyak orang yang terpanggil untuk menyediakan makanan, air, pakaian, dan tempat tinggal bagi para korban yang sangat membutuhkan bantuan.
Resep Alkitabiah
Greg dan Elizabeth memiliki rutinitas “Malam Lelucon” bersama keempat anak mereka yang masih bersekolah. Masing-masing anak membawa beberapa lelucon yang mereka baca atau dengar (atau karang sendiri!) sepanjang minggu itu untuk diceritakan di meja makan. Tradisi ini menciptakan kenangan gembira mengenai hal-hal menyenangkan yang mereka nikmati bersama di meja makan. Greg dan Elizabeth bahkan menyadari bahwa tertawa itu sehat bagi anak-anak mereka, sehingga mereka tetap bersemangat di tengah hari-hari yang sulit.
Memahami Cobaan Hidup
Ayah seorang teman saya didiagnosis mengidap penyakit kanker. Namun, saat menjalani proses kemoterapi, ia bertobat dan menjadi percaya kepada Kristus. Penyakitnya pun berangsur-angsur membaik. Ia bebas dari penyakit kanker selama delapan belas bulan, tetapi kemudian kanker itu kambuh lagi, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Ia dan istrinya menghadapi kenyataan tentang penyakit itu dengan rasa prihatin dan banyak pertanyaan. Namun, mereka juga menghadapinya dengan iman yang tunduk kepada Allah karena mereka melihat bagaimana Dia memelihara mereka saat pertama kalinya penyakit itu menyerang.
Melayani yang Terkecil
Sebuah video menunjukkan seorang laki-laki berlutut di tepi jalan raya yang ramai saat sedang terjadi kebakaran hutan yang hebat. Ia tampak bertepuk tangan dan memanggil-manggil dengan nada membujuk. Apakah yang dinantikannya? Seekor anjing? Sesaat kemudian seekor kelinci muncul. Laki-laki tersebut meraup kelinci yang ketakutan itu lalu berlari menuju tempat aman.
Kekuatan Baru
Di usia ke-54 saya mengikuti perlombaan maraton Milwaukee dengan dua target—mencapai garis akhir dan menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 5 jam. Pencapaian saya akan sangat mengagumkan seandainya saja paruh kedua ditempuh selancar paruh pertama. Namun, pada kenyataannya, perlombaan tersebut sangat melelahkan, dan kekuatan baru yang saya butuhkan untuk menuntaskan paruh kedua itu tidak pernah datang. Saat saya mencapai garis finis, langkah-langkah mantap saya di awal perlombaan telah berubah menjadi langkah yang tertatih-tatih.
Kembali Berharap
Apakah matahari terbit dari timur? Apakah langit berwarna biru? Apakah air laut asin? Apakah massa atom kobalt 58,9? Baiklah, pertanyaan terakhir itu mungkin hanya bisa Anda jawab apabila Anda penggemar sains atau pengetahuan umum, tetapi pertanyaan-pertanyaan lainnya memiliki jawaban yang sangat jelas: Ya. Bahkan, pertanyaan-pertanyaan seperti itu biasanya dilontarkan dengan nada sedikit sinis.
Adakah Kau di Sana?
Ketika istrinya tertular penyakit yang berpotensi menyebabkan kematian, Michael berharap istrinya mengalami damai sejahtera seperti yang ia alami lewat hubungan pribadinya dengan Allah. Ia sudah pernah menceritakan tentang imannya kepada sang istri, tetapi istrinya tidak tertarik. Suatu hari, ketika sedang berjalan melewati sebuah toko buku, ada judul buku menarik perhatiannya: Allah, Adakah Kau di Sana? Karena tidak yakin pada reaksi istrinya bila diberi buku tersebut, Michael beberapa kali keluar-masuk toko itu sebelum kemudian membelinya juga. Ia cukup terkejut ketika istrinya mau menerima buku tersebut.