Nasihat dari Seorang yang Lebih Tua
“Apa yang kusesalkan?” Itulah pertanyaan yang dijawab oleh George Saunders, penulis buku terlaris New York Times, dalam pidatonya pada acara wisuda Universitas Syracuse tahun 2013. Cerita dari seseorang yang berusia lebih tua (Saunders) tentang sejumlah penyesalan yang dialami dalam hidupnya itu dimaksudkan agar mereka yang lebih muda (para wisudawan) dapat menerima hikmah dari pengalamannya. Ia menyebutkan beberapa hal yang mungkin diduga orang akan disesalinya, seperti jatuh miskin dan pengalaman bekerja yang kurang menyenangkan. Akan tetapi, Saunders sama sekali tidak menyesalkan semua itu. Yang benar-benar ia sesalkan justru adalah kegagalan untuk berbuat baik, yaitu kesempatan-kesempatan yang dimilikinya untuk berbaik hati kepada seseorang, tetapi tidak dilakukannya.
Puji-pujian yang Tidak Direncanakan
Dalam suatu pelayanan misi singkat ke Etiopia, kelompok kami mendampingi kelompok lain dari suatu lembaga pelayanan lokal untuk melayani sejumlah pemuda yang hidupnya terpuruk dan kini tinggal dalam gubuk-gubuk di tempat rongsokan. Para pemuda itu adalah orang-orang yang menyenangkan! Kami saling bertukar kesaksian, mengucapkan pesan yang menguatkan, dan berdoa bersama. Salah satu momen favorit saya malam itu adalah ketika seorang anggota pelayanan lokal tersebut tiba-tiba memainkan gitar dan kami pun menyanyikan puji-pujian bersama kawan-kawan baru kami di bawah terang bulan. Sungguh momen yang indah! Meski kondisi mereka sangat sulit, para pemuda itu memiliki pengharapan dan sukacita yang hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan Yesus.
Waktunya Pulang
Ketika teman saya Al dan Kathy Schiffer menerbangkan pesawat kuno dari era Perang Dunia II milik mereka di berbagai pameran dirgantara, mereka sangat terkesan oleh reaksi para veteran perang yang sudah lanjut usia. Para veteran tersebut akan mampir untuk bercakap-cakap tentang perang yang mereka alami dan pesawat yang pernah mereka terbangkan. Sebagian besar kisah pertempuran mereka diceritakan dengan linangan air mata. Banyak veteran yang berkata bahwa kabar terbaik yang mereka terima di tengah kancah peperangan itu adalah perkataan, “Perang sudah berakhir, kawan. Sekarang waktunya pulang.”
Keindahan di Lahan Kosong
Suatu malam, saya melihat adanya lajur-lajur gundukan tanah yang berbaris rapi di lahan kosong dekat rumah. Setiap lajur berisi daun-daun hijau kecil dengan tunas muda yang menyembul keluar. Keesokan paginya, langkah saya terhenti ketika melihat sepetak tulip merah yang indah mulai bertumbuh di lahan kosong itu.
Beritakan Apa yang Allah Lakukan
Teman kuliah saya, Bill Tobias, sudah bertahun-tahun melayani sebagai misionaris di sebuah pulau di kawasan Pasifik. Ia bercerita tentang seorang pemuda yang meninggalkan kampung halamannya untuk mengadu nasib. Di tempat yang baru itu, ia diajak seorang teman ke gereja dan di sana ia mendengar kabar baik yang ditawarkan Tuhan Yesus. Ia pun mempercayai Kristus sebagai Juruselamatnya.
Mengoreksi dengan Kasih
Dalam kisah The Wise Woman (Wanita Bijaksana), George MacDonald bercerita tentang dua gadis egois yang membuat sengsara semua orang, termasuk diri mereka sendiri. Akhirnya, seorang wanita bijaksana hadir dan memberikan serangkaian ujian yang akan menolong mereka untuk kembali menjadi “indah”.
Pandanglah ke Langit
Alex Smalley ingin semua orang bangun lebih pagi—atau mengambil rehat sejenak di penghujung hari. Untuk apa? Untuk memandangi terbit dan terbenamnya matahari. Momen-momen yang cepat berlalu itulah saat-saat paling indah dan mempesona dari sebuah hari, menurut Smalley, ketua tim peneliti dari sebuah studi di Inggris mengenai efek cuaca yang membuat orang terpesona. Lebih dari langit biru atau malam yang berkilauan bintang, matahari terbit atau terbenam yang memukau dapat memperbaiki suasana hati, meningkatkan perasaan positif, dan mengurangi tingkat stres. Smalley berkata, “Ketika Anda melihat sesuatu yang begitu besar dan mencengangkan, atau sesuatu yang menimbulkan perasaan terpesona, masalah-masalah hidup Anda bisa terasa lebih kecil, sehingga Anda tidak lagi terlalu mengkhawatirkannya.”
Menjaga Ketajaman Rohani Kita
Film-film Rocky mengisahkan seorang petinju yang tidak berpengalaman tetapi pantang menyerah. Berkat kegigihannya, ia berhasil mengatasi berbagai rintangan yang sangat sulit dan meraih sabuk juara kelas berat. Namun, dalam Rocky III, dikisahkan bagaimana Rocky yang sudah sukses menjadi silau dengan pencapaiannya sendiri. Pekerjaan mengisi iklan televisi mengganggu jadwal latihannya. Sang juara itu pun jadi lembek, hingga ia dipukul KO oleh seorang penantang. Sisa film tersebut kemudian memperlihatkan upaya Rocky untuk mendapatkan kembali ketajamannya dalam bertarung.
Mengulurkan Kebaikan Kristus
Berbuat baik atau membalas dendam? Kepala Isaiah baru saja terkena lemparan bola liar pada suatu pertandingan bisbol dalam kejuaraan regional Liga Kecil. Ia jatuh ke tanah sambil memegangi kepalanya. Syukurlah, ada helm yang melindunginya dari cedera serius. Ketika pertandingan dilanjutkan, Isaiah memperhatikan bahwa anak yang melemparkan bola tadi tampak terguncang akibat kesalahan yang tidak disengaja olehnya. Isaiah pun melakukan tindakan yang luar biasa. Ia menghampiri pelempar bola itu, memeluknya dengan hangat, dan meyakinkannya bahwa ia baik-baik saja.