Category  |  Santapan Rohani

Mencabut Ilalang Kekhawatiran

Setelah menanam beberapa benih dalam sebuah pot di halaman belakang rumah, saya menunggu-nunggu untuk melihat hasilnya. Karena membaca bahwa benih-benih tersebut akan bertunas dalam 10 hingga 14 hari, saya jadi sering memeriksa keadaan saat menyirami tanahnya. Tak lama kemudian, saya melihat beberapa daun berwarna hijau menyembul dari tanah. Namun, kegembiraan saya langsung buyar ketika suami saya memberi tahu bahwa itu hanya ilalang. Ia mendorong saya untuk segera mencabut ilalang itu agar tidak mengimpit tanaman saya.

Melayani Bersama di dalam Yesus

Ketika tiga orang pria terdampar di sebuah pulau di Mikronesia, suatu regu penyelamat bekerja keras bersama-sama untuk menolong mereka. Kerja sama tim sungguh diperlukan karena krisis kesehatan yang meluas mengharuskan mereka membatasi kontak di antara mereka. Pilot yang pertama kali melihat orang-orang yang terdampar itu menghubungi sebuah kapal Angkatan Laut Australia yang terdekat dari sana. Kapal tersebut lalu mengirimkan dua helikopter yang menyediakan makanan, air, dan perawatan medis. Kemudian, para petugas Penjaga Pantai AS tiba untuk memeriksa keadaan orang-orang tersebut dan mengantarkan sebuah radio. Akhirnya, sebuah kapal patroli Mikronesia mengantar mereka sampai ke tempat tujuan.

Allah adalah Penolongku

Teman saya, Raleigh, masih bersemangat menjalani hidupnya yang hampir menjelang usia 85 tahun! Ia telah menjadi sumber insipirasi sejak pertama kali saya bercakap-cakap dengannya lebih dari 35 tahun yang lalu. Karena itu saya tergugah, tetapi tidak heran, ketika baru-baru ini Raleigh bercerita bahwa sejak pensiun, ia sudah menyelesaikan sebuah naskah buku dan memulai inisiatif untuk pelayanan yang baru.

Berbeda tetapi Satu di dalam Kristus

Dalam esai berjudul “Service and the Spectrum” (Pelayanan dan Spektrum [Autisme]), Profesor Daniel Bowman Jr. menulis tentang kesulitan yang dihadapinya sebagai penyandang autisme saat memutuskan untuk melayani di gerejanya. Ia menjelaskan, “Seorang autis harus mengerahkan usaha yang berbeda dan baru setiap kali, dengan mempertimbangkan: . . . kapasitas mental, emosional, dan fisik . . .; kebutuhan untuk menyendiri atau memulihkan kekuatan; masukan sensorik dan tingkat kenyamanan . . .; waktu dalam satu hari; apakah kemampuan kami dihargai dan kebutuhan kami diakomodasi, daripada tidak dihiraukan karena dianggap berkekurangan; dan masih banyak hal lain.” Bowman berkata bahwa, bagi banyak orang, keputusan seperti itu akan “membuat mereka menyesuaikan kapasitas dan waktu mereka, tetapi takkan menyebabkan mereka undur. Sebaliknya, semua pertimbangan tadi justru bisa melumpuhkan saya.”

Yesus, Pembawa Damai Sejati

Pada 30 Desember 1862, pecah Perang Saudara di Amerika Serikat. Pihak-pihak yang bertikai—pasukan Persatuan (dari negara-negara bagian utara) dan Konfederasi (negara-negara bagian selatan)—berkemah di masing-masing sisi Sungai Stones, Tennessee, hanya terpisahkan oleh jarak 640 meter. Sambil menghangatkan tubuh di sekitar api unggun, tentara Persatuan mulai memainkan lagu “Yankee Doodle” dengan biola dan harmonika. Sebagai balasan, tentara Konfederasi memainkan lagu “Dixie”. Yang luar biasa, kedua belah pihak bergabung untuk memainkan lagu terakhir, “Home, Sweet Home” bersama-sama. Musik yang dimainkan bersama oleh kedua musuh bebuyutan dalam gelapnya malam itu memancarkan pijar kedamaian yang tak terbayangkan sebelumnya. Namun, perdamaian dalam melodi tersebut hanya bertahan sesaat. Keesokan paginya, mereka meletakkan alat musik mereka dan mulai mengangkat senjata, sehingga 24.645 tentara gugur di medan perang.

Komunitas dalam Kristus

“Aku tahu satu-satunya cara untuk menang adalah dengan melupakan rumah serta istri dan anak-anakku,” kata Jordon. “Namun, aku sadar itu tidak dapat kulakukan. Mereka sudah terpatri dalam hati dan jiwaku.” Sendirian di suatu daerah terpencil, Jordon berpartisipasi dalam sebuah reality show yang mengharuskan para peserta untuk bertahan hidup di alam terbuka dengan bekal dan fasilitas terbatas untuk waktu selama mungkin. Yang membuat Jordon menyerah bukanlah beruang, suhu ekstrem, luka, atau rasa lapar, melainkan perasaan kesepian yang mencekik dan keinginan untuk kembali berkumpul bersama keluarganya.

Pahitnya Cokelat Curian

Sejumlah pencuri di Jerman mencuri truk trailer berpendingin berisi lebih dari dua puluh ton cokelat. Diperkirakan harga cokelat yang dicuri itu sebesar $80,000 (lebih dari 1,2 miliar rupiah). Polisi setempat meminta agar siapa pun yang ditawari sejumlah besar cokelat lewat jalur yang mencurigakan untuk segera melaporkannya. Tentunya para pencuri cokelat tersebut akan menghadapi konsekuensi yang pahit dan tidak mengenakkan jika mereka tertangkap dan diadili!

Keluarga Sangat Berarti

Saya, saudara perempuan, dan saudara laki-laki saya terbang dari negara bagian yang berbeda-beda untuk menghadiri pemakaman paman kami sekaligus menjenguk nenek kami yang berumur sembilan puluh tahun. Nenek kami yang lumpuh akibat stroke telah kehilangan kemampuan bicara dan hanya dapat menggunakan tangan kanannya. Saat kami berdiri di sekeliling ranjangnya, ia mengulurkan tangan kanannya dan meraih tangan kami satu per satu, menyatukannya di atas dadanya, lalu menepuk-nepuknya. Dengan gerakan tanpa kata tersebut, nenek saya mengajarkan kami untuk memperhatikan hubungan kami yang sedang retak dan renggang sebagai saudara. “Keluarga sangat berarti.”

Lembah Pujian

Penyair William Cowper bergumul dengan depresi di hampir sepanjang hidupnya. Setelah percobaan bunuh diri yang gagal, ia dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Namun, di sanalah Cowper menjadi sungguh-sungguh percaya kepada Yesus lewat seorang dokter Kristen yang merawatnya. Tak lama setelah itu, Cowper berkenalan dengan John Newton, pendeta dan penulis himne pujian. Newton mendorong Cowper untuk berkolaborasi menuliskan serangkaian himne untuk gereja mereka. Salah satu himne karya Cowper berjudul “God Moves in a Mysterious Way” (Dengan Cara-Mu yang Ajaib), dengan kata-kata yang berasal dari pengalaman hidup yang sangat berat: “Orang percaya janganlah takut pencobaan, anug’rah Tuhan tetaplah menyertai anak-Nya; Tetaplah harap pada-Nya tak usah sangsilah, di balik kedahsyatan-Nya terpancar kasih-Nya” (NRM No. 135).