Category  |  Santapan Rohani

Mengasihi Musuh Kita

Suatu kali dalam Perang Dunia II, Lynne Weston, seorang anggota korps medis Angkatan Laut AS, bergabung dengan regu marinir dalam penyerangan terhadap pulau-pulau yang dikuasai musuh. Menghadapi korban dengan luka-luka serius adalah hal yang tak terelakkan. Dengan penuh dedikasi, ia memberikan pertolongan pertama kepada para prajurit yang terluka untuk mempersiapkan evakuasi mereka. Dalam sebuah insiden, unitnya menemukan seorang prajurit musuh dengan luka parah di perut. Karena lukanya, prajurit itu tidak bisa diberi minum air. Untuk menjaga kelangsungan hidupnya, Kopral Weston pun memberikan transfusi plasma darah.

Allah Melihat Anda

“Turun, Nak!” kata teman saya dengan tegas kepada anaknya yang memanjat bangku gereja dan melambai-lambaikan tangan. “Aku mau Bapak pendeta melihatku,” jawab anak itu polos. “Kalau aku tidak berdiri, ia tidak akan melihatku.”

Melayani dengan Kasih

Ketika Krystal baru mulai bekerja di sebuah kedai kopi di Virginia, ia melayani seorang pelanggan bernama Ibby. Ibby memiliki gangguan pendengaran, jadi ia memesan dengan cara mengetiknya di ponsel. Setelah tahu bahwa Ibby adalah pelanggan tetap, Krystal bertekad melayaninya dengan lebih baik. Untuk itu, ia mempelajari bahasa isyarat sehingga Ibby dapat memesan tanpa perlu mengetiknya di ponsel.

Waktu Tuhan

Mag telah menanti-nantikan rencana liburannya ke luar negeri. Akan tetapi, seperti kebiasaannya, ia mendoakannya terlebih dahulu. “Itu cuma liburan, mengapa kamu perlu bertanya kepada Tuhan?” tanya seorang teman. Namun, Mag percaya bahwa ia perlu menyerahkan segala sesuatu kepada Allah. Kali ini, ia merasa Allah mendorongnya untuk membatalkan liburannya. Mag pun taat, dan kemudian epidemi merebak di negara itu pada saat ia seharusnya berada di sana. “Saya merasa Allah melindungi saya,” ujarnya.

Urusan Orang Lain

Empat cucu kami asyik dengan permainan miniatur kereta api mereka, ketika dua yang termuda mulai berselisih tentang mesin kereta itu. Cucu kami yang berumur delapan tahun mencoba menjadi penengah, tetapi adik perempuan yang berusia enam tahun menegurnya, “Jangan ikut campur, kak.” Nasihat bijak yang sering kali perlu kita dengarkan juga. Namun, ketika pertengkaran kedua cucu saya itu berubah jadi tangisan, saya merasa perlu melerai dan menenangkan mereka.

Waspada terhadap Kebohongan

Sinematografinya memukau. Musik latarnya memikat dan menenangkan. Isinya menarik dan relevan. Video tersebut menampilkan sebuah percobaan dengan menyuntikkan zat mirip adrenalin pada pepohonan redwood untuk mencegahnya masuk dalam keadaan dorman. Alhasil, pohon-pohon yang disuntik tersebut mati karena tidak diberi kesempatan untuk mengalami masa peristirahatan yang menjadi siklus alaminya.

Kekuatan dari Sang Gembala

Sekitar 107.000 penonton berdiri penuh harap di dalam stadion saat Seth Small, penendang football dari Universitas Texas A&M, memasuki lapangan dua detik sebelum pertandingan berakhir. Saat itu skor imbang 38-38 antara A&M dan lawannya yang tangguh, sehingga satu tendangan yang menghasilkan gol akan membawa kemenangan yang tidak disangka-sangka. Dengan ketenangan luar biasa, Small menendang bola yang kemudian berhasil melewati tiang gawang dan mencetak skor penentu. Seluruh stadion pun meledak dalam kegembiraan yang tak terbendung!

Mengasihi Bangsa-Bangsa

Saya adalah putri dari sepasang orangtua pekerja keras dan penyayang yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Saya bersyukur mereka berani menjadi pelopor dalam keluarga mereka dengan meninggalkan tanah kelahiran demi mencari kehidupan yang lebih baik di Amerika Serikat. Kisah cinta mereka berawal di kota New York, tempat mereka kemudian menikah dan membesarkan dua anak perempuan, termasuk saya, sambil mengelola bisnis mereka masing-masing.

Bapa Kita yang Dapat Dipercaya

Dengan postur setinggi 192 cm, putra saya, Xavier, dengan mudah mengangkat Xarian, putranya yang masih balita, ke atas kepalanya. Xarian tertawa-tawa saat Xavier mendekap dengan aman kaki mungil putranya menggunakan tangannya yang besar. Sambil merentangkan lengannya yang panjang, Xavier mendorong putranya untuk menyeimbangkan tubuh, sementara tangan satu lagi siap menangkap apabila perlu. Xarian lalu meluruskan kaki-kakinya dan berdiri. Dengan senyum lebar dan tangan yang ditaruh di sisi tubuhnya, mata Xarian terus tertuju kepada ayahnya.