Jørn yang Rendah Hati
Orang-orang tidak mengira seorang penggarap lahan seperti Jørn bakal menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Meski mempunyai penglihatan yang lemah ditambah keterbatasan fisik lainnya, Jørn mencurahkan segenap dirinya untuk warga desanya di Norwegia, dengan mendoakan mereka pada malam-malam ketika rasa sakit membuatnya terjaga. Dalam doanya, ia mendaftarkan rumah demi rumah, menyebutkan nama setiap orang di dalam rumah itu, bahkan anak-anak yang belum pernah ditemuinya. Orang-orang senang padanya karena jiwanya yang penuh kelembutan, dan mereka suka datang kepadanya untuk meminta nasihat. Jika Jørn tidak dapat membantu secara praktis, orang tetap merasa diberkati setelah menemuinya, karena mereka dapat merasakan kasihnya. Saat Jørn meninggal dunia, pemakamannya adalah yang terbesar yang pernah diadakan di desa itu, meski ia tidak memiliki keluarga di sana. Doa-doanya berkembang dan membuahkan hasil melebihi apa yang dapat ia bayangkan.
Kagum kepada Allah
Definisi phobia (fobia) adalah “ketakutan irasional” terhadap benda atau situasi tertentu. Arachnophobia adalah ketakutan pada laba-laba (meski ada yang berpendapat bahwa fobia seperti itu sangat masuk akal!). Contoh fobia lain adalah globophobia dan xocolatophobia. Masih ada sekitar 400 jenis fobia lainnya yang tercatat dan benar-benar terjadi. Tampaknya hampir semua hal bisa membuat manusia takut.
Kaya dalam Kebajikan
Setelah bekerja keras sebagai penatu selama 70 tahun—menggosok, mengeringkan, dan melicinkan baju dengan tangan—Oseola McCarty akhirnya pensiun di usia 86 tahun. Ia sudah menabung penghasilannya yang tidak seberapa dengan sangat cermat selama bertahun-tahun, dan kemudian melakukan sesuatu yang membuat takjub komunitasnya. Oseola memutuskan untuk mendonasikan 150.000 dolar AS kepada universitas setempat sebagai dana beasiswa bagi para mahasiswa yang membutuhkannya. Ratusan orang yang terinspirasi oleh pemberian tanpa pamrih tersebut ikut berdonasi hingga mencapai hasil tiga kali lipat dari donasi Oseola.
Rumah Ibadah
Ketika gedung Majelis Rendah Inggris dijatuhi bom pada Perang Dunia II, Perdana Menteri Winston Churchill memberi tahu Parlemen bahwa mereka harus membangun kembali gedung itu sesuai dengan rancangan semula. Bangunan tersebut harus cukup kecil supaya debat-debat bisa tetap dilangsungkan dengan tatap muka. Bangunan itu juga harus berbentuk persegi panjang, bukan setengah lingkaran, sehingga para politisi dapat “leluasa bergerak di bagian tengahnya.” Dengan demikian, sistem kepartaian di Inggris terus dipertahankan, dengan pihak Kiri dan Kanan saling berhadapan langsung, sehingga masing-masing pihak harus berpikir cermat sebelum mengalihkan dukungan mereka. Churchill menyimpulkan, “Kita membentuk bangunan-bangunan kita, dan setelah itu bangunan-bangunan tersebut yang membentuk kita.”
Pakailah Aku
James Morris pernah disebut sebagai “seorang awam yang buta huruf dan penuh kehangatan,” tetapi Allah memakainya untuk membawa Augustus Toplady mengenal iman yang menyelamatkan dalam Yesus Kristus. Toplady, penulis himne “Batu Karang yang Teguh” dari abad ke-18, menceritakan kesan yang diterimanya saat mendengar khotbah Morris. “Saya merasa aneh . . . seperti dibawa mendekat kepada Allah . . . di tengah-tengah sekumpulan umat Allah yang bertemu dalam sebuah lumbung, oleh pelayanan dari seseorang yang bahkan tidak bisa mengeja namanya sendiri. Pastilah itu karya Tuhan, dan itu sungguh menakjubkan.”
Baru dan Pasti
Selama tiga tahun, teman saya Susan tidak membeli apa pun bagi dirinya sendiri selain untuk kebutuhan rumah tangga. Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi pendapatannya, dan ia kini menjalani hidup yang sederhana. “Suatu hari saat membersihkan apartemen, aku melihat betapa kumal dan usangnya barang-barangku,” ia bercerita. “Saat itulah aku rindu mempunyai barang-barang baru—sesuatu yang segar dan menyenangkan. Sekelilingku tampak usang dan tua. Rasanya tidak ada lagi yang kunanti-nantikan.”
Allah yang Membebaskan
Sudah 2,5 tahun berlalu sejak Presiden Abraham Lincoln mengumumkan pembebasan para budak dan pihak Selatan yang kalah perang saudara juga sudah menyerah, tetapi negara bagian Texas masih belum juga mengakui pembebasan tersebut. Namun, pada tanggal 19 JUNI 1865, jenderal tentara Utara, Gordon Granger, memasuki kota Galveston, Texas, dan menuntut agar semua budak dibebaskan. Bayangkan betapa terkejut dan bahagianya orang-orang yang diperbudak itu saat kebebasan diumumkan dan semua belenggu mereka dilepaskan.
Sahabat bagi Orang Kesepian
Saat pindah ke London untuk bekerja, Holly Cooke tidak memiliki teman seorang pun. Ia merasa sedih manakala akhir pekan tiba. Kota itu sendiri menduduki peringkat teratas dalam hal perasaan murung. Menurut survei global, 55 persen warga London menyebut diri mereka kesepian, jauh berbeda dari warga kota Lisbon, Portugal, yang hanya 10 persen.
Iman yang Murah Hati
Beberapa tahun lalu, gereja kami diundang untuk menjadi tuan rumah bagi sejumlah pengungsi yang melarikan diri dari negara mereka yang mengalami kekacauan akibat perubahan kepemimpinan politik. Seluruh keluarga pengungsi itu datang dengan hanya membawa satu tas kecil. Beberapa jemaat kami memberikan tumpangan kepada mereka, termasuk mereka yang hanya dapat menyediakan sebuah ruang berukuran kecil.